Thomas lahir di Galilea dan dikenal sebagai salah seorang dari Keduabelas Rasul Yesus. Keterangan tentang pribadinya dapat kita temukan di dalam Injil Yohanes. Thomas – disebut juga ‘Didimus’ (artinya: kembar) – adalah seorang nelayan pembantu. Ia tidak memiliki perahu sendiri seperti Petrus dan Andreas. Hidupnya hampir selalu serba kurang. Hal inilah yang membuat dia bersikap selalu hati-hati, pesimis, dan cepat menyangka akan terjadi hal yang buruk atas dirinya. Meskipun demikian, Thomas dikenal berani.
Ketika Yesus mendengar bahwa Lazaurus meninggal dunia, Ia berkeputusan untuk kembali ke Yudea, pada hal baru saja orang mau melempari-Nya dengan batu di daerah itu. Sesudah para Rasul gagal menahan Yesus, Thomas dengan tegas mengajak, “Ayo, kita pergi juga! Biarlah kita mati bersama-sama dengan Dia”. Thomas tak mau membiarkan Yesus pergi sendirian menantang bahaya.
Thomas seorang yang terus terang, polos, dan tidak malu-malu menyatakan ketidaktahuannya. Pada Perjamuan Terakhir, ketika Yesus berpamitan, Thomas bertanya dengan polos, “Kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?” Keraguan Thomas ini mengundang Yesus untuk menyingkap rahasia Tritunggal yang mendalam itu, “Akulah Jalan, Kebenaran, dan Hidup. Tak seorang pun datang kepada Bapa tanpa melalui Aku. Kalau kamu mengenal Aku, kamu juga mengenal Bapa-Ku”.
Sikap ragu-ragu Thomas tampak jelas sekali dalam sikapnya terhadap berita penampakan Yesus kepada para Rasul, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku kedalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” Kepadanya Yesus bersabda, “Karena telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”. Kata-kata Yesus ini masih berkumandang aktual hingga dewasa ini.
Menurut tradisi yang dibeberkan St. Ambrosius dan Hieronimus, Thomas menyebarkan kabar gembira ke arah Timur dengan mengikuti jalan para pedagang, yaitu ke Sirya, Armenia, Persia, dan India. Dekat Madras, di kota Malaipur, Thomas menerima mahkota kemartirannya. Thomas mati ditusuk tombak, dan relikwinya masih tetap ada sewaktu makamnya dibuka kembali pada tahun 1523. (dikutip dari : http://www.imankatolik. or.id/ kalender/3Jul.html)