Syalom aleikhem. Tentu Anda ingat nas berikut: “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Ya, Firman Allah. Apa itu “Firman Allah”? Menurut sekte-sekte protestan, Firman Allah adalah dan sama dengan Alkitab. Dengan kata lain, Alkitab sudah menampung seluruh Firman Allah. Menurut Gereja Katolik, Alkitab adalah Firman Allah, tapi Firman Allah tidak hanya Alkitab. Artinya, ada Firman Allah yang tidak tercantum di dalam Alkitab.
Mengapa Gereja Katolik berpandangan demikian? Firman Allah sampai kepada kita tidak hanya dalam bentuk tulisan, yaitu Alkitab. Firman Allah juga ada dalam bentuk ajaran lisan (lih. Yoh. 20:30; 21:25; 2Tes. 2:15; 2Tim. 2:2). Lihatlah pula Kis. 20:35, perkataan Yesus yang ini tidak tertulis di Injil: “Ia [Tuhan Yesus] sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.” Tidak tertulis artinya diteruskan turun-temurun secara lisan. Dalam istilah teknis, Firman Allah yang tertulis disebut Alkitab, Firman Allah yang lisan disebut Tradisi.
Namun, kalangan protestan sering salah paham mengartikan Tradisi. Bagi mereka, tradisi adalah “segala adat-istiadat yang diwariskan dari generasi ke generasi”. Tradisi, bagi orang protestan, adalah buatan manusia. Setiap adat-istiadat tidak ada kaitannya dengan apa yang diwahyukan Allah. Di lain pihak, Gereja Katolik mengartikan Tradisi sebagai ajaran iman yang diteruskan dari generasi ke generasi sejak zaman Para Rasul. Tradisi itu Firman Allah juga.
SANG PEREMPUAN
Kadang suatu nas Alkitab tidak jelas bicara apa. Kalau terjadi demikian, bagaimana? Kita perlu berpaling kepada Tradisi untuk memperjelas maknanya. Salah satu nas yang tidak jelas artinya adalah Why. 12:1-18. Ini dua ayat pertamanya: “Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.” Siapakah perempuan itu?
Kunci membuka “rahasia” dalam Wahyu bab 12 adalah ayat sebelumnya: Why 11:19: “Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.” Tabut adalah penyimpan loh hukum: “Dalam tabut itu haruslah kautaruh loh hukum, yang akan Kuberikan kepadamu.” (Kel. 25:16). Jadi, perempuan itu adalah seperti Tabut Perjanjian. Dialah Tabut Perjanjian Baru.
Perhatikan. Tabut Perjanjian Lama terbuat dari kotak emas. Tabut itu memuat loh hukum Allah, yaitu dua batu yang memuat Firman Allah. Tabut itu kudus, dikuduskan oleh Allah sebab yang ada di dalamnya kudus. Dengan perbandingan menjadi jelas bahwa Tabut Perjanjian Baru adalah Maria. Ia mengandung Firman Allah, yaitu Yesus Kristus, yang menjadi manusia dan tinggal di antara kita.
Maria itu kudus, dikuduskan oleh Allah sebab yang ada di rahimnya kudus. Jika makna itu dianggap belum terlalu jelas, kita berpaling pada Tradisi. Apa kata Tradisi? Ini yang dicatat St. Hippolytus (235) dalam Orationes Inillud, Dominus pascit me: “Ia [Maria] adalah tabut yang dibentuk dari kayu yang tidak lapuk. Sebab dengan ini dinyatakan bahwa tabernakel-Nya dilepaskan dari kelapukan dan kerusakan.” Menurut St. Athanasius dari Alexandria (296-373) dalam Homily of the Papyrus of Turin, 71:216: “O Tabut Perjanjian, …! Engkau adalah tabut di mana ditemukan bejana emas yang mengandung roti manna….” Sangat jelas bukan.