Masa Prapaskah dimulai dengan perayaan Rabu Abu di Gereja. Dengan menerima abu, setiap umat beriman diingatkan untuk kembali kepada Tuhan. “Kamu berasal dari abu dan akan kembali menjadi abu.” (Kej. 2:7). Forma ini mengingatkan kita akan kematian dan/atau kedatangan Tuhan yang dapat terjadi sewaktu-waktu seumpama pencuri di waktu malam. Oleh karena itu diperlukan sikap berjaga-jaga dan bertobat: “Bertobatlah dan percayalah pada Injil.”
Abu merupakan tanda yang mengingatkan kepada kita bahwa kita berasal dari debu tanah dan akan kembali ke abu/debu tanah. Kita ketahui bahwa manusia pertama diciptakan Allah dari debu tanah dan semua manusia akan meninggal, dan tubuhnya akan kembali terurai menjadi debu tanah.
Pada saat kita menerima tanda salib dari abu di dahi kita pada hari Rabu Abu, kita diingatkan bahwa suatu saat nanti kita akan kembali ke tanah, yaitu bahwa hidup kita di dunia ini adalah sementara. Maka kita diajak untuk mengarahkan hati kepada Allah yang menciptakan kita, sebab Dia berada di atas kita dan segala kesenangan dunia sifatnya sementara.
Masa Prapaskah mempunyai dua ciri khas yaitu mengenangkan atau mempersiapkan pembaptisan dan membina pertobatan. Warna Liturgi secara umum adalah ungu: lambang pertobatan, kecuali Tri Hari Suci atau Perayaan Wajib selama masa Prapaskah. Pada tahun 2017 ini, hari Rabu Abu diperingati pada tanggal1 Maret 2017. Di setiap Gereja Katolik akan dilaksanakan Ekaristi Rabu Abu beberapa kali untuk menerimakan abu kepada Umat.
Masa Prapaskah akan dilaksanakan selama 40 hari (di luar hari Minggu, yang dipandang sebagai Hari Tuhan) mulai tanggal1 Maret 2017 sampai dengan Hari Sabtu Vigili tanggal15 April 2017. Angka 40 (hari) diperoleh dari beberapa referensi dari Alkitab, yaitu: hujan selama 40 hari pada jaman Nabi Nuh sebelum Tuhan membuat perjanjian pada keluarga Nuh dan keturunannya (Kej. 7:4); selama 40 hari Musa berada di puncak Gunung Sinai sebelum menerima kesepuluh perintah Allah yang menjadi tanda Perjanjian Lama dengan umat Israel (Kel. 24:18); perjalanan bangsa Israel menuju Tanah Terjanji selama 40 tahun (Bil. 14:33). Kesemuanya menandai masa pertobatan menuju suatu ‘kelahiran’ baru. Dalam Injil, kita pun membaca bagaimana Yesus berpuasa 40 hari sebelum memulai pelayanan-Nya, memberitakan kabar keselamatan (Mat. 4:1-2; Mrk. 1:12- 13; Luk. 4:1-2).
Dalam semangat pertobatan itulah, kita diajak untuk menjadikan MASA PRAPASKAH sebagai MASA RETRET AGUNG UMAT. Masa Prapaskah sering disebut sebagai Retret Agung Umat, maka dalam masa Prapaskah umat diharapkan mendalami iman, pribadi maupun dalam komunitas, serta membiasakan diri dengan doa/renungan serta ibadat yang lebih intens. Masa Retret Agung Umat ini diisi dengan :
- PUASA DAN PANTANG sebagai bentuk MATI RAGA
- PENYISIHAN DERMA dalam KOTAK APP (AksiPuasa Pembangunan)
- AMAL DAN KARYA SOSIAL selama MASA PRAPASKAH
- IBADAT JALAN SALIB selama MASA PRAPASKAH