Mengembangkan suatu kebiasaan yang baik dalam keluarga, bukanlah sesuatu yang mudah. Kita menawarkan hal-hal yang baik untuk dilakukan bersama, sementara setiap anggota keluarga mempunyai kemauan dan kebutuhan masing-masing. Mampukah kita menciptakan budaya, kebiasaan, tradisi yang baik di tengah keluarga kita? Bukan hanya baik, tetapi budaya yang Katolik.
Jika kita mempunyai kebiasaan makan bersama, atau membiasakan anak-anak berdoa sebelum makan, atau ke gereja bersama maka kita telah membuat habbit atau budaya perilaku kepada seluruh keluarga kita. Mereka bersama-sama menciptakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari dan tidak usah diingatkan lagi menjadi perilaku harian. Kalau begitu, kita bisa menciptakan lebih banyak kebiasaan atau budaya dalam keluarga kita!
Gereja Katolik sangat prihatin dengan fenomena peristiwa keluarga yang mengerikan, seperti perceraian, sikap apatis kepada agama, keengganan berkomunikasi, sampai merosotnya moral di antara anak-anak muda dan orang dewasa. Apa yang bisa kita buat?
Menyelesaikan persoalan keluarga saka bukanlah solusi. Kita perlu membuat persoalan itu berkurang dengan membangun kebiasaan pengasuhan dan membangun pendidikan yang sehat dan Katolik. Pendidikan adalah satu jalan terbaik untuk menciptakan suatu budaya yang jauh lebih terencana dan baik. Manusai sekarang diciptakan dari masa lalunya, ketika mereka masih anak-anak.
Sangatlah indah manakala lebih banyak orang tua yang memperhatikan kehidupan anak-anaknya, bukan hanya membiayai dan memperingatkan atau melarang, bahkan memarahi, tetapi orang tua yang mendampingi hidup mental dan rohaninya. Kita semua dapat membuat diri kita menjadi orang tua yang baik dan serius menjadikan anak-anak sebagai pribadi yang dewasa dan Katolik.
Sebagai orang tua, kita dipanggil menanggapi seruan Gereja untuk belajar lebih banyak menjadi orang tua Katolik. Gereja juga memanggil kita semua untuk belajar bersama menciptakan budaya Katolik di rumah masing-masing. Kita jelas perlu membuka mata bagi pendidikan putra-putri kita. Kita perlu sejak dini mengajarkan kepada mereka menjadi manusia sekaligus pribadi Katolik sejati.
Manusia sejati tahu memilih yang baik dan berguna bagi banyak orang; tidak individualis; mengerti bagaimana menjadi sesama; memahami bahwa hidup mesti bertumbuh dalam kedewasaan, iman, pengharapan dan kasih. Manusia Katolik itu perlu dibagun dengan pendampingan orang tua yang bertanggung jawab, berpengetahuan, dan mengasihi dengan sepenuh hati. Sejak dilahirkan, anak-anak yang beruntung akan mendapatkan bimbingan dari orang tua yang hebat ini.
Kita semua harus memikirkan bagaimana mendidik anak-anak yang pandai, yang kreatif, berwawasan luas, tetapi tetap Katolik, dan militan. Kita tidak mungkin memberikan kepercayaan sepenuhnya pada modernitas dan lingkungan yang begitu mengendalikan anak-anak kita. Kita pun perlu menjadi model hidup bagi anak-anak, agar mereka tahu siapa orang yang paling pantas mereka ikuti setelah Tuhan, yaitu orang tua mereka.
Tentunya setiap anak perlu penangan berbeda, tetapi prinsipnya sama: mendidik dengan kasih dan teladan. Semoga kita dapat menemukan banyak cara untuk menginspirasi kita semua, khususnya para orang tua untuk mendidik anak-anak sesuai dengan panggilan kita sebagai orang tua Katolik yang diberkati.
Belajar dari teladan Bunda Maria dan Santo Yusuf dalam mendampingi Yesus Sang Putra, hendaklah menjadi teladan kita. Dalam bulan Febuari ini kita merayakan Pesta Tuhan Yesus dipersembahkan ke Kenisah. Semoga kita pun juga bisa menghantar putra-putri kita untuk semakin dekat dengan Tuhan dan menjadikan mereka orang Katolik sejati, karena teladan iman kita, para orang tuanya.