Telur Mata Ayam
Tidak seperti biasanya, Misa sabtu sore tanggal 28 january 2017 terasa berbeda dan lebih meriah. Misa sore itu memang dijadikan misa spesial, karena bertepatan dengan Tahun Baru Imlek. Suasana terlihat juga pada interior gereja Martinus yang nmampak semarak degan hadirnya hiasan-hiasan kertas warna merah disertai lampion-lampion yang begitu indah dan meriah.
Romo Bambang serta para petugas liturgi berarak dari pintu utama gereja menuju altar. Kasula yang dikenakan romo Bambang pun tampak istimewa dan menarik perhatian. Kasula itu kental dengan ornamen imlek, serta didominasi warna khas imlek: merah dan emas.
Romo Bambang mengawali homilinya dengan pertanyaan, “kalau kita mengucapkan Gong Xi, itu pertama-tama ditujukan kepada siapa?” Hampir seluruh umat spontan menjawab “orang tua”. Menurut romo Bambang, ucapan itu pertama-tama ditujukan kepada Tuhan Allah. Pertanyaan yang unik ini sesungguhnya hanya “nyambung-nyambungin” dengan tujuan membandingkan dan meselaraskan budaya imlek dengan iman Katolik kita.
Karena tahun ini dalam penanggalan timur adalah tahun ayam api, maka Romo Bambang pun menyampaikan anekdot tentang ayam. Ayam selalu mendapatkan bagian yang nggak enak. Mata sakit disebut rabun ayam, tulisan jelek disebut cakar ayam dan sebagainya. Tapi giliran telur ayam dimasak hingga enak, kita menyebutnya telur mata sapi, dan bukan telur mata ayam.
Romo Bambang mengatakan kita harus mencontoh ayam: menjalani hidup dengan tegak dan kuat dalam menghadapi masalah hidup, layaknya ayam yang selalu berjalan dengan tegap kedepan. Namun ketika mencari makan, ayam menunduk kebawah. Gesture itu melambangkan kita harus selalu fokus dan rajin dalam bekerja. Kita tidak boleh terlalu percaya bahwa shio ini-itu bagus peruntungannya, karena bila peruntungan yang baik tidak diikuti dengan usaha dan kerja keras, maka shio apapun akan menjadi buruk.
Selain mengulas tema imlek, Romo Bambang juga membahas bacaan injil pada hari itu, yaitu delapan sabda bahagia Yesus. Siapakah orang Katolik, tentunya kita tak asing dengan ucapan, “berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan, dan tekun melaksanakannya” orang yang selalu mengharapkan sabda Tuhan, selalu mendapatkan sukacita.
Keistimewaan lain terjadi pada penghujung imlek ini, romo Bambang memerciki dan memberkati sejumlah besar kue keranjang, angpao serta buah jeruk. Tak lupa beliau mengucapkan terima kasih kepada seluruh lingkungan di Kopo Permai (dikoordinir oleh lingkungan St. Ignasius Loyola) yang telah mempersiapkan semuanya. Semoga misa imlek ini merupakan awal yang baik, dan dapat dirayakan pula di tahun-tahun yang akan datang