Dua puluh lima Januari 2014, bersama iringan DPP Santo Martinus, saya menuntaskan tugas pelayanan di Paroki ini yang saya jalani selama satu tahun setengah. Saya datang sebagai Diakon dan belajar 6 bulan, melayani dalam status tahbisan Diakon.
Tanggal 5 Desember 2012 adalah momen yang sangat spesial. Rahmat Tahbisan Imamat saya terima di Gereja Santo Martinus –Margahayu. Berkarya selama setahun penuh di Paroki ini, melayani sebagai Imam dalam Hari Raya Paskah dan Natal, kemudian berpindah tugas ke tempat lain. Kini, 1 Juli 2017, dengan SK dari Mgr. Antonius Subianto, OSC saya kembali bertugas di Paroki St. Martinus.
Ke mana aja?
Sering kali, ketika berjumpa dengan orang yang sudah lama tak bersua, muncul pertanyaanpertanyaan seperti: Bagaimana kabarnya? Ke mana aja? Atau pertanyaan klasik: Sehatsehat? Hal ini juga saya rasakan ketika bertemu dengan beberapa umat warga Martinus.
Maka beberapa narasi ini akan menjelaskan “jurang” informasi tentang perjalanan pastoral saya, mulai dari tahbisan sampai dengan kembali berkarya di Paroki Martinus ini.
Tanggal 25 Januari 2014 saya berpindah tugas ke Paroki Hati Kudus Yesus – Tasikmalaya. Bersama Rm. Jumiyana dan Rm. Paulinus, kami melayani umat Paroki dan Stasi-stasi hingga ke tapal batas Keuskupan di wilayah Pangandaran dan Banjar. Kami melayani tujuh stasi dengan variasi latar belakang umat dan tersebar di mana-mana. Satu Juni 2015, Stasi Ciamis diangkat statusnya menjadi Kuasi Paroki. Beberapa pelayanan stasi itu pun mulai dibagi dua. Saya sungguh menikmati pelayanan yang butuh “skill” mengemudi dan mengelilingi stasi-stasi yang ada. Apalagi dengan kemampuan bahasa Sunda saya yang sangat minim. Minimal setiap minggu saya harus meluangkan satu hari khusus untuk membuat kotbah, mengetiknya dalam bahasa Sunda yang sangat terbatas. Tetapi pengalaman itu sungguh menggembirakan pelayanan saya.
Dua setengah tahun berkarya di Paroki HKY Tasikmalaya, akhirnya saya pun harus menguji ketaatan saya lagi dengan tugas baru yaitu mengikuti kursus formasi di Filipina (Southeast Asia Interdisciplinary Development Institute) selama 6 bulan. Pengalaman untuk tinggal dan hidup di negara lain, membantu saya untuk lebih peka terhadap perbedaan budaya dan juga belajar kesalehan umat yang popular di Filipina. Sebab lebih dari 90% populasinya beragama Katolik.
Delapan Januari 2016 saya kembali ke Bandung dan mulai membantu pendampingan bagi para frater di Fermentum. Selama beberapa bulan di sana, akhirnya saya menerima SK baru, per 1 Juli 2017 untuk menjadi pastor vikaris di Paroki Santo Martinus – Margahayu.
Belum lunas!
Sejak menerima SK baru ini, ada tantangan baru yang saya terima. Seluruh umat, setiap kali berjumpa akan sering bertanya kepada saya dengan ungkapan demikian, “Romo… Masih inget saya tidak? (dan saya ditunggu untuk menyebutkan nama mereka masing-masing…
Cilaka!!!) Dengan jujur saya akan bilang tidak ingat, tetapi beberapa nama akan keluar dari memori saya juga. Kini saya kembali ke Paroki Santo Martinus! Saya akan sedikit demi sedikit “mencicil hutang” saya yang belum lunas. Setelah merepotkan umat di sini dengan mempersiapkan Tahbisan dan lainnya. Saya hanya sempat melayani satu tahun di paroki ini. Kini, saya akan mencicil kembali hutang itu.
Mohon kerjasama dan juga doa umat sekalian dalam pelayanan ini. Tuhan memberkati.