Setelah disegarkan oleh Sabda Allah dan dicerahkan oleh pengajaran melalui homili yang disampaikan oleh Imam, umat diajak bersama-sama mengungkapkan kembali iman mereka. Itu dilakukan dengan mengumandangkan Credo [baca: kredo – dari bhs. Latin credere] atau Syahadat “Aku Percaya”, yang merupakan pernyataan (pengakuan) iman kita.
Dalam Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) 67 dijelaskan tentang maksud Pernyataan Iman ini: “agar seluruh umat yang berhimpun dapat menanggapi Sabda Allah yang dimaklumkan dari Kitab Suci dan dijelaskan dalam homili. Dengan melafalkan kebenarankebenaran iman lewat rumus yang disahkan untuk penggunaan liturgis, umat mengingat kembali dan mengakui pokok-pokok misteri iman sebelum mereka merayakannya dalam Liturgi Ekaristi.”
Gereja telah mengesahkan dua rumusan Syahadat untuk digunakan dalam Misa: [1] Syahadat Nikea-Konstantinopel dan [2] Syahadat Para Rasul. Rumus Syahadat Nikea- Konstantinopel lebih panjang dan lengkap daripada Syahadat Para Rasul. Meskipun lebih dianjurkan menggunakan rumus Syahadat Nikea-Konstantinopel, banyak Imam lebih suka memilih Syahadat Para Rasul yang lebih singkat. Sebenarnya Syahadat Para Rasul lebih dianjurkan untuk digunakan terutama pada Masa Prapaskah dan Paskah.
Telah menjadi kebiasaan, Pernyataan Iman “Aku Percaya” diucapkan bersama-sama oleh imam dan umat, walaupun sebenarnya Pernyataan Iman ini juga dapat diikrarkan dengan dilagukan/dinyanyikan sebagaimana diatur dalam PUMR 68: “Pernyataan iman tersebut dilagukan atau diucapkan oleh imam bersama dengan umat pada hari Minggu dan Hari Raya. Syahadat dapat diucapkan juga pada perayaan-perayaan khusus yang meriah.” Lebih lanjut dijelaskan: “Kalau dilagukan, Syahadat diangkat oleh Imam, atau lebih serasi oleh solis atau koor. Selanjutnya Syahadat dilagukan entah oleh seluruh umat bersama-sama, entah silih berganti antara umat koor. Kalau tidak dilagukan, Syahadat dibuka oleh Imam, selanjutnya didaras oleh seluruh umat bersama-sama atau silih berganti antara dua kelompok jemaat.”
Sesuai dengan tujuannya yaitu untuk berikrar mengenai kepercayaan iman, tata gerak saat menyatakan “Aku Percaya” adalah dengan sikap berdiri (sikap ikrar). Sewaktu pengucapan “Aku Percaya”, ada saat di mana umat diminta untuk bersikap membungkuk (sikap menghormat) yaitu: [1] Dalam Syahadat Nikea-Konstantinopel saat mengucapkan: “Ia dikandung dari Roh Kudus-dilahirkan oleh Perawan Maria-dan menjadi manusia“; [2] Dalam Syahadat Para Rasul saat mengucapkan: “yang dikandung dari Roh Kudus-dilahirkan oleh Perawan Maria.” Sikap membungkuk di saat mengucapkan kalimat-kalimat tadi bertujuan untuk menghormati misteri inkarnasi Yesus yaitu Sang Sabda yang menjelma menjadi manusia.