Hari Minggu Biasa ke-22 (Minggu, 1 September 2019)
BcE Sir 3:17-18.20.28-29; Ibr 12:18-19.22-24a; Luk 14:1.7-14
Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup seorang diri tanpa kehadiran dan kebersamaan dengan sesama yang lain. Ada dua kemungkinan yang bisa t erjadi dalam kehidupan bersama, yaitu hidup rukun dan damai atau pertikaian dan konflik. Dari hati yang terdalam pada dasarnya setiap orang merindukan kehidupan yang rukun dan damai. Namun dalam kenyataannya tidaklah selalu demikian, pertikaian dan konflik kerapkali terjadi. Penyebab utamanya adalah sikap egois, sombong, angkuh, tinggi hati. Oleh karena itu untuk menciptakan suasana yang rukun dan damai, mau tidak mau kita harus menyingkirkan sikap egois, sombong, angkuh dan tinggi hati, dan merubahnya dengan sikap rendah hati.
Melalui bacaan Injil hari Minggu ini, Yesus mengigat kan dan sekaligus mengajak kepada kita untuk senantiasa bersikap rendah hati. Orang yang rendah hati selalu menghargai orang lain, tanpa memandang status sosialnya; mengutamakan kepentingan orang lain, dari pada kepentingan dirinya sendir (bdk.Luk 14:8). Hanya orang yang rendah hatilah yang memiliki kepedulian dan perhatian kepada mereka yang hidupnya kurang beruntung. Dalam melakukan segala perbuatan baik, orang yang renah hati melakukannya dengan tulus, tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balasan (bdk.Luk 14:12-14). Orang yang rendah hati selalu tampil sebagai pribadi yang sopan, baik tutur kata maupun tindak tanduknya (bdk. Sir 3:17) Dan pada akhirnya orang yang renda hat i it u akan dihargai dan dihormati (bdk.Luk 14:10-11).
Mengingat bet apa luhur dan besarnya nilai dan dampak dari sikap rendah hati, maka apabila setiap orang mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang rendah hati; niscayalah bahwa kerukunan dan kedamaian akan terwujud dalam kehidupan bersama. Semoga…….!!!