Hari Minggu Biasa ke-17 (Minggu, 26 Juli 2020)
BcE 1 Raj 3:5,7-12; Rm 8:28-30; Mat 13:44-52
Berbicara tentang harta, pasti semua orang tahu bahwa itu harus dimiliki oleh setiap orang, karena penting dan dibutuhkan untuk melangsugkan kehidupan. Pada umumnya kebanyakan orang memahami bahwa yang dimaksudkan dengan harta itu adalah yang nampak kelihatan secara kasat mata misalnya uang, emas, rumah, dan sebagainya, yang biasa disebut harta duniawi. Maka tidak heran seandainya Allah memberi kesempatan untuk meminta apa saja kepadaNya, dan Allah akan mengabulkannya, sudah bisa dipastikan yang diminta adalah harta benda untuk kekayaan. Salahkan jika demikian? Tentu tidak! Tetapi kalau kita mau belajar dari pengalaman Raja Salomo, ternyata yang dimaksud dengan harta itu bukan hanya harta duniawi atau kekayaan materi saja.
Dalam bacaan pertama dikisahkan bahwa Raja Salomo diberi kesempatan oleh Allah untuk meminta apa saja dan Allah akan memberikannya: “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.” (1Raj 3:5). Ternyata Raja Salomo tidak meminta harta kekayaan atau hal-hal yang besifat materi, duniawi. “Ia meminta hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umatMu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat” (1Raj 3:9). Yang diminta Raja Salomo kepada Allah adalah hikmat kebijaksanaan untuk mempimpin bangsanya, sebagai umat Allah, dan itu adalah hal yang baik di hadapan Allah, maka Allah mengabulkannya (bdk. 1Raj 3:10-12). Nampaknya bagi Raja Salomo harta yang paling berharga itu bukan hal-hal yang bersifat duniawi dan materi, melainkan hikmat kebijaksanaan yang mampu menegakkan kebenaran, keadilan dan kejujuran untuk menciptakan kedamaian, ketenteraman dan kesejahteraan dalam kehidupan bersama selaras dengan rencana dan kehendak Allah.
Dalam bacaan Injil Yesus mengajarkan, hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam dan mutiara yang indah. Untuk memperolehnya orang harus berani dan rela melepaskan seluruh miliknya (bdk. Mat 13: 44-46). Sedangkan realitasnya dan pada umumnya, daya tarik harta duniawi yang dimiliki itu sangat kuat, sehingga orang sungguh melekat pada harta miliknya dan susah untuk melepaskannya. Maka hanya orang yang memiliki hikmat kebijaksanaanlah yang mampu melepaskan keterikatannya pada harta duiawi yang dimilikinya demi mendapatkan harta yang terpendam dan mutiara yang indah, yaitu Kerajaan Sorga.
Dalam hal ini kita bisa memaknai, bahwa memiliki hikmat kebijaksanaan itu jauh lebih berharga dari pada memiliki harta duniawi belaka, sebab sebanyak apapun harta duniawi yang kita miliki, seperti uang, berlian, emas, perak dan lain sebagainya, ternyata tidak dapat menuntun kita untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga; kecuali hikmat kebijaksanaanlah yang mampu mengantar kita untuk berjumpa dengan Allah dalam kerajaanNya. Sekarang untuk kehidupan kita sehari-hari, mana yang menjadi pilihan utama, harta duniawi atau hikmat kebijaksanaan……?