Terima Kasih, Dok

Selasa pagi, hari yang kutunggu dengan sukacita sekaligus gugup; sukacita karena komunitas saya berkesempatan untuk menerima vaksin, gugup karena saya akan bertemu dengan “musuh lama”, jarum suntik. Naik mobil menuju BSA kurang lebih 20 menit, disambut oleh cuaca mendung dan jalanan yang tidak terlalu ramai. Kelompok kami termasuk golongan mereka yang datang tidak terlalu pagi dan tidak kesiangan pula. Masuk antrian, tentu saja harus dihadapi, termasuk oleh mereka yang tidak suka mengantri. Sebagaimana layaknya mengikuti sebuah acara besar, adapun saya mengisi berbagai data yang dibutuhkan. Kemudian ada proses skrining (screening) untuk mengecek kelayakan diri. Saya lolos! Setelah mengantri selama kurang lebih sejam (lebih mending dibanding mengantri SIM), saya siap memperoleh suntikan vaksin tersebut. “Siap mas, tangannya dilemasin ya” kata dokternya. Entah apa yang membuat grogi, jarum suntiknya atau dokternya yang cantik -haha-. “Terima kasih, dok” kataku sembari bernafas lega. Vaksin sudah disuntikan, lengan sedikit ngilu, lalu melakukan observasi akhir sebelum dibilang “sudah melaksanakan vaksinasi pertama”. Dalam perjalanan pulang, sambil melewati berbagai spot di Kota Bandung, aku ngobrol dengan temanku yang juga sudah disuntik, mengalihkan rasa ngilu.

Malamnya, aku mengingat kembali pengalaman ini. Disaat vaksin tersebut sedang mulai bekerja dalam tubuhku, aku merenungkan pengalaman tersebut. Cukupkah aku mengucapkan “terima kasih” kepada dokter yang menyuntikku? Memang, para dokter tersebut sudah dipersiapkan sedemikian rupa demi berlangsungnya vaksinasi, menjalani protokol kesehatan, briefing, dan lain sebagainya. Ucapan “terima kasih” memang baik dan memiliki kekuatan tertentu. Hal tersebut perlu diimbangi dengan perbuatan, yang tidak hanya membawa kebaikan bagi diri sendiri dan sesama, tetapi juga sebagai bentuk hormat dan apresiasi lebih jauh kepada para tenaga kesehatan, dokter maupun vaksinator. Vaksin tidak bekerja secepat kilat, sekali suntik langsung kebal. Vaksin bukanlah ilmu debus. Sudah divaksin bukan berarti bisa melakukan apapun seenak hati, seolah tiada pandemi. Vaksin di tubuh harus disambut dengan kedewasaan dalam berpikir dan bertindak: tetap menjalani protokol kesehatan (misalnya 3M), pola hidup teratur dan sebagainya.

Baptisan:
Baptisan balita diadakan per 2 minggu sekali, baptisan dewasa per 1 tahun sekali.

Formulir dapat diunduh melalui tautan berikut:


Pernikahan:

Sakramen pernikahan dapat diadakan pada hari Sabtu atau Minggu. Hubungi sekretariat di tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Perminyakan:
Sakramen perminyakan sesuai dengan janji. Hubungi sekretariat di tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Data Wilayah

Baru pindah rumah dan tidak tahu masuk ke wilayah mana dan harus menghubungi siapa?

Jangan panik! Mang Umar ada solusinya! Silahkan kamu cek link ini untuk mencari data wilayah di paroki St. Martinus

Jadwal Pelayanan Sekretariat

Senin, Rabu, Kamis, Jumat: 07.30 – 12.00 & 16.40 – 19.00
Selasa, Sabtu: 07.30 – 12.00
Hari Minggu dan hari libur tutup

Alamat Sekretariat
Komplek Kopo Permai Blok H No. 4
Telp. 022-540-4263
Whatsapp +62 822-6055-3066

Jadwal Misa

Misa Harian
Senin – Sabtu di gereja pukul 06.00. Misa di Pastoran sementara waktu ditiadakan.

Minggu:
• 06.00
• 08.00
• 10.00

Sabtu:
• 18.00

COPYRIGHT © 2015 BERGEMA BY TIM KOMSOS ST. MARTINUS.