Hari Minggu Biasa ke – 1 (Minggu, 13 Juni 2021)
BcE Yeh 17:22-24; 2Kor 5:6-10; Mrk 4:26-34
Keutaman-keutamaan Untuk Memperoleh Sukacita Surgawi
Walaupun belum tahu secara konkrit, namun sebagai orang beriman kita percaya bahwa surga atau Kerajaan Allah itu ada. Saat ini kita sedang menjalani kehidupan di dunia, suatu saat nanti kita harus meninggalkan dunia ini, dan harapannya kita bisa masuk dan hidup di dalam Kerajaan Allah. Sekarang kita masih dalam peziarahan menuju Kerajaan Allah. Tentang Kerajaan Allah, itu merupakan tugas pewartaan Yesus yang utama. Dalam pewartaanNya, Yesus kerapkali menjelaskan tentang Kerajaan Allah dengan menggunakan macam-macam perumpamaan (bdk. Mrk 4:33-34).
Dalam bacaan Injil pada hari Minggu ini, Kerajaan Allah itu disampaikan dalam dua perumpamaan, yaitu seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, dan seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Kedua perumpamaan ini mau mengingatkan kepada kita bahwa Kerajaan Allah itu sungguh-sungguh ada di dalam kekuasaan Allah, mutlak milik Allah dan anugerah dari Allah. Mengenai hal itu bisa kita pahami dari proses pertumbuhan benih hingga menghasilkan bulir-bulir (buah) yang bisa dipanen, semuanya itu terjadi karena kuasa dan kasih Allah semata. Demikian juga dengan benih biji sesawi yang sangat kecil, Allah menumbuhkannya menjadi pohon yang besar sehingga burung-burung pun dapat berlindung pada naungannya. Semuanya itu terjadi di luar kemampuan dan pengetahuan si penabur, manusia (bdk Mrk. 4:27-29, 31-32). Tetapi meskipun demikian keterlibatan dan partisipasi manusia tetap diperlukan, sebab seandainya benih itu tidak ditaburkan di tanah oleh manusia, tentu tidak akan tumbuh dan berkembang, akan tetap tinggal satu biji saja. Artinya walaupun Kerajaan Allah itu anugerah dari Allah, namun bagi kita yang ingin dapat menikmatinya, upaya-upaya kita tetap diperlukan juga.
Untuk itu kita perlu mengupayakan keutamaan-keutamaan hidup yang selaras dan berkenan kepada Allah. Terinspirasi oleh bacaan pertama, salah satu keutamaan yang harus kita upayakan ialah bersikap rendah hati (bdk. Yeh 17:24). Di hadapan Allah tidak ada alasan sedikit pun bagi kita untuk bersikap tinggi hati atau sombong, sebab kita ini adalah ciptaan dan milikNya. Bukan hanya terhadap Allah, kepada sesama pun kita harus bersikap rendah hati, sebab Allah hadir juga dalam diri sesama, itulah yang bekenan kepada Allah.
Keutamaan yang harus dibangun menurut bacaan kedua adalah sikap tabah. Bila kita menyimak 2 Kor 5:1-10, St. Paulus mau meyakinkan bahwa apabila kehidupan di dunia ini berakhir, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di surga bagi kita. Yang menjadi persoalan, selama menjalani kehidupan di dunia ini, kita kerap kali mengeluh karena beratnya tekanan, oleh karena itu St. Paulus mengajak kepada kita untuk selalu tabah.
Keutamaan-keutamaan hidup yang berkenan kepada Allah itu penting supaya kita dapat menikmati kehidupan surgawi. “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.” (2kor 5:10). Semoga kita menjadi pribadi yang rendah hati dan tabah dalam iman, supaya pantas menikmati suasana surgawi, kini maupun kelak!!! (Tarcisius Endang D./Bidang Pewartaan)