Hari Minggu Biasa ke – 12 (Minggu, 20 Juni 2021)
BcE. Ayub 38:1.8-11; MZM 107: 23-24, 25-26, 28-29, 30-31; 2 Kor 5: 14-17; Markus 4: 35-40
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari minggu ini, membawa kita pada permenungan tentang MUKJIZAT. Mukjizat adalah: suatu tindakan atau peristiwa luar biasa (di luar jangkauan akal budi manusia) yang diyakini orang beriman sebagai karya Allah yang menyelamatkan. Dan syarat utama terjadinya mukjizat adalah: IMAN. Tanpa IMAN, mustahil mukjizat itu dapat terjadi.
Dalam bacaan pertama (Ayub 38:1.8-11), dikisahkan bagaimana Allah Yahwe menegur Ayub karena Ayub meragukan kemahakuasaan Allah Yahwe. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan retoris kepada Ayub, Allah Yahwe menegaskan kepada Ayub bahwa Dia-lah Allah yang bertanggung jawab atas keteraturan susunan dan keberlangsungan alam semesta ini. Allah Yahwe hanya menuntut IMAN kepada Ayub atas semua keajaiban yang telah dilakukan Allah Yahwe.
Dalam bacaan Injil (Markus 4: 35-40), Yesus menegur sekaligus mempertanyakan IMAN para rasul. Yesus kecewa karena sekalipun para rasul telah lama hidup bersama dengan Sang Guru, namun segala perbuatan ajaib yang telah dilakukan oleh Sang Guru ternyata belum bisa sepenuhnya meyakinkan para rasul bahwa Yesus, Sang Guru adalah Tuhan. Kekecewaan Yesus itu memuncak pada peristiwa hari ini dimana para rasul mengalami kegoyahan iman akibat badai yang menggelora meskipun Yesus ada bersama dengan mereka.
Sama seperti Ayub dan para rasul, kita pun seringkali kehilangan IMAN kepercayaan kepada Allah. Hal itu nampak jelas tatkala badai masalah melanda hidup kita. Kita merasa sendirian dan ditinggalkan Allah, kendati tidaklah demikian. Allah memang jauh dari pandangan mata kepala kita, tetapi sebenarnya Ia tinggal di dalam hati kita dan senantiasa menyertai kita dalam setiap langkah hidup kita. Yesus hanya menuntut IMAN kita kepada-Nya dan kepasrahan seluruh diri kita kepada-Nya agar mukjizat Allah bisa terjadi dalam hidup kita. Selamat merenungkan