Syalom aleikhem.
Lantang dan jelas adalah dua hal yang ditunjukkan PUMR no. 38 yang bicara mengenai teks Misa: doa, dialog, aklamasi dsb. Lantang terkait dengan volume suara. Bukan teriak, namun bukan lirih. Maka, berdoa dengan lirih-lirih kurang cocok dalam Misa. Jelas artinya kata demi kata diucapkan dalam lafal yang dapat dimengerti. Membaca terlampau cepat dan diseret-seret kurang cocok untuk Misa. Sekali lagi, lantang dan jelas. Penting diingat itu.
Tiap teks punya maksud dan tujuan. Ya, sebagaimana kata-kata sehari-hari kita pun demikian. Hardikan beda dengan bujukan, hiburan beda dengan amarah, dsb. Kata yang sama bila diucapkan dengan cara berbeda akan jadi beda arti dan makna pula. PUMR no. 38 menyarankan ini: teks harus dibawakan sesuai dengan maksud dan tujuan.
Tuhan Kasihanilah Kami (Kyrie) berbeda dengan Kemuliaan (Gloria), contohnya. Yang pertama doa memohon, yang kedua doa memuji. Beda ‘kan. Memohon pastilah dengan sopan dan lembut, sementara memuji pastilah bersemangat. Konsekuensinya, cara membawakan Kyrie dan Gloria mesti berbeda. Perbedaaan bisa dari kuat lemahnya (dinamika) atau dari cepat lambatnya (tempo). Memohon, contoh untuk tempo, umumnya lebih lambat; memuji pastilah lebih cepat. Perbedaan tempo menunjukkan dan menggarisbawahi makna.
Contoh lain, Kudus (Sanctus) dan Anak Domba Allah (Agnus Dei) juga berlainan maksud dan tujuan. Contoh lain lagi bisa dikemukan, namun intinya: “tiap-tiap teks punya maksud dan tujuan tersendiri sehingga perlu dibawakan secara berbeda-beda”.