Itulah tema yang diangkat untuk acara Weekend Misdinar Baru 2017, yang artinya “revealing oneself“. Acara ini merupakan penutup dari rangkaian acara pelatihan misdinar baru selama bulan Februari – Mei 2017 yang dilaksanakan di Gereja. Weekend dilaksanakan di Wisma Aloysius Ciwidey, Sabtu – Minggu, 10 – 11 Juni 2017, diikuti oleh 79 peserta dan 5 orang pendamping bidang liturgi.
Peserta berangkat dari Gereja pukul 12.45. Perjalanan hanya memakan waktu sekitar satu jam karena kondisi jalan yang cukup lengang. Peserta yang sudah tiba lalu diajak untuk berkeliling untuk mengenal wilayah sekitar Gambung. Setelah selesai, mulailah acara Week End ini dengan dinamika kelompok. Salah satu yang sudah menjadi tradisi selama Week End sebelumnya adalah games “ranting goyang”, di mana peserta harus memasukkan ranting yang sudah diikatkan pada benang kasur sejumlah peserta ke dalam botol. Ada pula “ranting goyang besar” yang
menggunakan tali rafia serta galon, dan dimainkan seluruh peserta. Peserta berhasil melakukan games ini, namun tetap ada pengurangan alat makan malam sebagai hukuman mereka.
Acara dilanjutkan dengan Misa Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Romo Gandhi menjelaskan Tritunggal Mahakudus yang merupakan misteri iman kita yang luhur: tiga pribadi dalam satu Allah. Setelah Misa, peserta menikmati makan malam, dalam suasana yang berbeda. Peserta duduk lesehan di tempat yang sudah dibatasi rafia. Peralatan makan beserta makanan diletakkan di bagian luar tempat duduk peserta. Dengan peralatan makan seadanya (efek permainan sebelumnya), peserta harus bekerjasama agar semua orang mendapat makanan dan minuman. Peserta dilatih untuk melepaskan segala keegoisannya, untuk mau berbagi makanan dan melayani satu sama lain.
Makan malam tersebut menimbulkan kesan yang berbagai macam dari peserta, terungkap pada saat permainan post to post I. Peserta dibagi menjadi 9 kelompok, menyelesaikan tantangan yang disediakan, mulai dari pertanyaan seputar liturgi, hening, hingga memindahkan gelas berisi air dengan taplak. Rasa lelah pun datang.
Malam itu, acara mereka tutup dengan sharing bersama para mentordan ibadat malam. Hari kedua mereka mulai dengan ibadat alam, lalu melanjutkan permainan post to post II. Di sini, peserta diajak untuk sebanyak-banyaknya mengumpulkan poin bagi kelompok mereka. Poin tersebut akhirnya diakumulasikan sebagai lambang perjuangan bersama. Karena di dalam post to post II ini ada pemain yang dianggap kalah, maka di akhir games, peserta yang kalah tersebut ditahan dan temannya harus menebus mereka dengan memainkan games untuk mendapatkan poin kembali. Peserta yang kalah berhasil “diselamatkan”, dan acara berlanjut pada puncak: melindungi lilin Paskah dan mendapatkan misi merebut baju misdinar dari panitia. Peserta berhasil. Mereka semua bergabung dalam lingkaran dan menyanyikan lagu hymne misdinar bersama-sama. Acara mereka tutup dengan foto bersama dan makan siang.