Hari Minggu Biasa ke-16 (Minggu, 19 Juli 2020)
BcE Keb 12:13,16-19; Rm 8:26-27; Mat 13:24-43
Masyarakat pada umumnya memahami keadilan sebagai sikap yang seimbang atau yang konsisten dalam menjatuhkan keputusan terhadap suatu masalah atau perbuatan. Rumusnya orang yang jahat harus dihukum; orang yang baik harus diberi ganjaran. Rumus keadilan seperti ini nampaknya tidak dipergunakan oleh Allah dalam mengadili manusia yang berdosa. Dalam bacaan pertama Raja Salomo mengatakan bahwa “… Engkau, Penguasa yang kuat, mengadili dengan belas kasihan, dan dengan hati-hati memperlakukan kami” (Keb 12:18). Dari perkataan Raja Salomo, kita mendapatkan pengertian bahwa Allah mengadili manusia berdosa bukan berdasarkan atas kesalahan atau perbuatannya, melainkan berdasarkan belaskasih, yang bersumber dari hakekatNya sendiri, bahwa Allah adalah Kasih (1 Yoh 4:8, 16).
Sikap Allah yang demikian ini, tercermin juga dalam diri Yesus Kristus, baik melalui ajaran maupun tindakanNya. Dalam perumpamaan tentang ilalang di antara gandum, Yesus mau mengajarkan kepada para muridNya, supaya tidak main hakim sendiri ketika menghadapi orang-orang yang bersebrangan dengan kebaikan. Ajaran Yesus ini mengingatkan bahwa hukum yang utama adalah kasih, maka dalam menentukan keadilan, termasuk terhadap mereka yang melakukan kesalahan, juga harus dilandasi oleh belaskasih.
Berdasarkan perumpamaan ilalang di antara gandum, sikap belaskasih, dimaksud-kan untuk menjaga kedamaian dan ketenteraman dalam kehidupan bersama. “Sebab kalau ilalang itu dicabut, mungkin gandum itu ikut tercabut pula” (bdk. Mat 13:29). Sikap belaskasih juga tidak dimaksudkan untuk membenarkan orang- orang yang berbuat salah atau dosa, apalagi mendukungnya, melainkan untuk memberi kesempatan kepada mereka supaya bisa bertobat dan memperbaiki diri. (bdk. Keb 12:19). Apabila kesempatan untuk bertobat itu disia-siakan, tidak dimanfaatkan dengan baik, maka pada saat akhir semuanya akan diperhitungkan (bdk. Mat 23:30, 40-41).
Kita sudah sepantasnya bersyukur, karena Allah yang kita kenal dalam diri Yesus Kristus, adalah Allah yang berbelaskasih. Ia tidak mengadili kita setimpal dengan kesalahan yang kita lakukan, melainkan dengan penuh belaskasih. Ia selalu memberi peluangan dan kesempatan kepada kita untuk bertobat dan memperbaiki langkah laku hidup sehari-hari. Belaskasih Allah itu dikuasakan oleh Yesus Kristus kepada Gereja dengan memberikan Sakramen Tobat.
Semoga kita tergolong orang-orang yang selalu bersyukur kepada Allah atas belaskasihNya, dengan cara selalu berusaha untuk hidup lebih baik dari hari kemarin, dan melakukan segala sesuatu yang berkenan kepadaNya, sehingga pada waktunya nanti, kita termasuk ke dalam kelompok orang-orang benar yang bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa (bdk. Mat 13:43)