Hari Buruh Sedunia pada 1 Mei dirayakan buruh diberbagai penjuru dunia. Pemerintah Indonesia menetapkan 1 Mei sebagai hari libur nasional. Gerejapun memberikan kepedulian yang besar, dengan memasukan persoalan buruh dalam dokumen Ajaran Sosial Gereja. Bahkan, muncul organisasi Gerakan Buruh Katolik (Catholic Worker Movement), yang dipelopori oleh Dorothy Day. Siapakah dia? Pada akhir 1990-an, kardinal John O’Connor asal New York mengusulkan Dorothy Day yang pernah aborsi, menikah dua kali, dan sempat jadi tahanan untuk jadi santa. Ada pejabat gereja Katolik yang bilang dia liberal. Ada pula yang menyebutnya anarkis. Tapi O’Connor tidak peduli dengan klaim-klaim yang memojokkan Day. Baginya, siapapun layak jadi orang kudus bila ia telah terbukti melakukan hal berfaedah bagi kesejahteraan manusia. Day baru menjadi penganut katolik saat berusia 30 tahun. Ia bukan orang yang lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang saleh. Orangtua Day berasal dari kalangan kelas menengah Brooklyn, New York.
Menurut Brianna Leavitt dalam “Peace Profile: Dorothy Day” (2007),ketika mulai mendalami agama, Day justru ditinggalkan oleh kawan-kawan diskusi yang radikal. Ia dianggap pembelot. Disisi lain, ia juga sulit diterima oleh orang-orang dari komunitas Katolik karena kedudukannya sebagai ibu tunggal.
Beruntung ia bertemu Peter Maurin, pria Katolik asal Perancis yang juga punya kesamaan visi dengan Day. Maurin dan Day lantas mendirikan Catholic Worker, media massa bulanan yang bertujuan menginformasikan berbagai gerakan sosial. Disana ia bisa menyalurkan hasrat menulis dan pikiran-pikirannya terkait kesejahteraan sosial. Ia pun terang-terangan menyatakan prinsip anti- kekerasan yang didasari ajaran Katolik.
Catholic Worker tak hanya hadir sebagai koran, tapi juga organisasi. Melalui Catholic Worker, Maurin dan Day menawarkan program seperti makanan dan tempat tinggal gratis bagi kaum tunawisma. Setiap hari mereka memberi makan setidaknya seribuan orang. Lambat laun, Maurin punya ide untuk membuka lahan pertanian yang bisa dipakai untuk berkebun bersama. “Tidak akan ada pengangguran di kebun dan orang bisa makan makanan hasil garapannya sendiri,” kata Kate Hennessy, cucu Day dan penulis Dorothy Day: The World Will be Saved by Beauty (2017). Pada dasarnya, Catholic Worker didukung oleh gereja dan Vatikan. Hanya saja pada saat Perang Dunia II terjadi, Catholic Worker sempat tidak mendukung Paus. Dimata Catholic Worker, saat itu Paus tidak melakukan upaya signifikan untuk mencegah dan mengakhiri perang. Pencalonan Day sebagai santa memang masih wacana. Yang jelas Paus Fransiskus telah menempatkannya sebagai pelayan yang baik. Vatikan pun mengakui bahwa sosok Day layak jadi panutan.
Lalu apa yang perlu kita sikapi dengan adanya hari buruh? Gereja perdana terlahir dari adanya kaum buruh yang memberikan diri dibaptis pada hari raya Pentakosta. Maka sudah selayaknya Gereja turut memperjuangkan nasib dan hak-hak kaum buruh dan tentu saja berlaku adil terhadap karyawan- karyawan Gereja dengan memberi upah yang layak, bukan hanya sekadar upah minimum. Bagi seorang majikan katolik selain memberikan upah yang layak, juga perlu memberikan pembinaan-pembinaan dan motivasi agar kaum buruh, terutama buruh katolik, dengan bekerja mereka juga tidak hanya sekadar ingin mendapatkan upah melainkan mewujudkan keterlibatan dalam menghadirkan dan membangun Kerajaan Allah. Disiplin kerja, sikap jujur, semangat kerjasama dan suka-cita dalam melaksanakan pekerjaan adalah nilai-nilai yang memancarkan hidup sebagai orang yang turut bekerja demi Kerajaan Allah melalui pekerjaan apapun yang dikerjakannya.
Akhirnya Gereja dan kita sebagai umat yang ada didalamnya harus menjadi pelopor dalam memperjuangkan nasib kaum buruh, membela hak-hak kaum buruh dan memberikan kesejahteraan kepada kaum buruh. Begitu pula manakala Gereja mempekerjakan orang-orang baik dalam urusan-urusan gerejawi maupun urusan-urusan duniawi. Selamat memperingati hari buruh.