Belakangan ini kebencian rasial masih berkembang dan mudah disulut di negeri kita tercinta. Kondisi ini kadang membuat kita lupa, Indonesia punya slogan adiluhung “Bhinneka Tunggal Ika.” Slogan ini jelas penting bagi bangsa ini—salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa yang mendiami lebih dari 17 ribu pulau, keragaman budaya di Indonesia menjadi salah satu hal yang tidak terelakkan. Sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009 telah menemukan 1.128 suku bangsa yang ada di Indonesia. Sementara itu, Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) pada tahun 2006 melaporkan adanya 726 bahasa daerah yang digunakan sebagai alat komunikasi di Indonesia., memiliki enam agama (setidaknya ini jumlah yang diakui negara). Lewat semboyan itu, kita diingatkan agar selalu melampaui perbedaan, bahu membahu membangun Indonesia, seklise apapun slogan itu terdengar di kuping.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan yang tertera dalam lambang negara Indonesia, Pancasila. Semboyan ini menjadi gambaran luas dari Indonesia. Dengan semboyan ini, keragaman sekaligus kesatuan bangsa Indonesia tergambar dengan jelas dalam menyatukan perbedaan bangsa. Bhinneka Tunggal Ika juga punya sejarah panjang terkait berdirinya Indonesia. Sebagai warga negara yang baik, sudah semestinya makna Bhinneka Tunggal Ika dipahami. Istilah Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno. Makna Bhinneka Tunggal Ika didapat dari kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuno yaitu kakawin Sutasoma karangan Mpu Tantular dari kerajaan Majapahit. Kakawin ini berisi ajaran toleransi antara umat Hindu Siwa dengan umat Buddha.
Prasangka merupakan faktor yang potensial menciptakan konflik antar etnik, karena prasangka dapat menimbulkan adanya kesukaran bagi seluruh kelompok sosial. Prasangka timbul karena belum adanya penelitian dan pengamatan lebih lanjut terhadap sesuatu. Akibatnya, pendapat awal/predisposisi seseorang belum memiliki kualitas yang matang. Sayangnya, dalam beberapa kondisi, seseorang hanya bertindak sesuai dengan prasangkanya. Dimana letak Bhinneka Tunggal Ika? Bagaimana kondisi sila Persatuan Indonesia? Dan apa hasil usaha para pemuda terdahulu saat merumuskan Sumpah Pemuda? Jika rakyat Indonesia masih memiliki prasangka?
Mari mulai beranjak untuk meninggalkan sikap pesimis terhadap persatuan Indonesia. Indonesia masih memiliki harapan untuk bersatu, sebagai negara utuh, kokoh dan solid dengan pendidikan adalah jalannya. Alangkah baik, jika saat mengenyam pendidikan, dini, dasar maupun lanjut, pancasila dimaknai sebagai dasar untuk menghadapi perbedaan. Sejak itu, sewajarnya anak-anak mulai diajarkan bagaimana bertoleransi terhadap perbedaan. Ini yang menjadi pondasi persatuan Indonesia kelak. Kebhinnekaan Indonesia, bukanlah sesuatu yang harus dihilangkan, diseragamkan, atau dikambinghitamkan karena konflik, jutru kebhinnekaan seharusnya dipahami sebagai kekayaan Indonesia.
Disinilah prasangka bisa dimanfaatkan, terutama dalam berinteraksi kepada orang yang baru ditemui. Maka dari itu, untuk memanfaatkan prasangka ini dibutuhkan kedewasaan. Kedewasaan dalam berprasangka, membuat seseorang selalu ingin untuk mencari tahu. Bagaimana membentuk kedewasaan? Pendidikan lagi-lagi jalannya. Menerima keberagaman harus berbanding lurus dengan pendewasaan, terutama dewasa dalam berprasangka. Dengan demikian, keberagaman bukan masalah lagi untuk ada di Indonesia. Bahkan, bisa saja keberagaman jadi kekayaan Indonesia yang lain. Dan disinilah peran pemerintah kita untuk mengarahkan, mengatur dan menyeragamkan pola pendidikan yang terpadu akan keBhinekaan Indonesia. Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-76, Jayalah Negeriku, Jayalah Bangsaku!