Sesudah Yusuf meninggal di Mesir, orang tidak lagi mengenal dan mengingatnya. Hal itu juga berpengaruh besar terhadap nasib orang Israel di sana. Setelah melewati masa makmur bersama Yusuf dan beberapa generasi sesudahnya, orang Israel di Mesir berkembang pesat. Hal itu menimbulkan kecemasan dan ketakutan di kalangan orang Mesir dan petinggi mereka. Mereka pun memulai sebuah program penindasan atas orang Israel agar mereka tidak dapat berkembang. Ada program pembunuhan anak laki-laki dari perempuan Ibrani. Dan yang paling terkenal ialah program kerja paksa, penindasan dan perbudakan. Hal itu berlangsung selama kurang lebih 400an tahun. Pada kurun waktu itu mereka ditindas, diperbudak. Nasib mereka sangat malang dan menyedihkan.
Karena tidak tahan lagi dengan situasi itu, mereka pun memberontak dan melarikan diri di bawah pimpinan Musa. Menurut Kitab Keluaran (Kel.3) kita diberitahu bahwa tokoh Musa ini dipilih Allah dengan tugas khusus yaitu membebaskan umatNya dari perbudakan Mesir dan mengantar mereka kembali ke tanah Terjanji, the Promised Land, Tanah Israel (Eretz Yisrael). Itu adalah tanah di Kanaan. Bagi mereka tanah itu adalah Tanah Terjanji, tanah yang dijanjikan kepada leluhur mereka (Abraham, Ishak, Yakub). Peristiwa keluaran dan pembebasan dari Mesir adalah sebuah peristiwa yang sangat besar dan penting. Karena itu mereka merayakannya secara khusus dalam sebuah Hari Raya yaitu Hari Raya Paskah (Passover, Pesach). Peristiwa Keluaran itu diduga oleh para ahli dulu kiranya kiranya terjadi selama masa pemerintahan (Firaun) Ramses II atau pengganti sesudahnya. Tetapi tidak jauh-jauh dari masa itu. Jika dugaan itu benar, maka diperkirakan bahwa hal itu terjadi sekira tahun 1266 SM.
Setelah mereka semua pergi meninggalkan Mesir, maka mereka pun mengembara di padang gurun. Mereka mengembara selama empat puluh tahun di padang gurun. Hal itulah yang kita ketahui dari Kitab Keluaran dan Bilangan. Dalam pengembaraan itu mereka sampai juga di Gurun Sinai. Dan di tempat itulah mereka mendapat Hukum Musa, yang mencakup antara lain Sepuluh Perintah Allah itu (dekalog) dan Kitab Taurat itu sendiri. Kita bersyukur bahwa Kitab Keluaran melukiskan kisah pengalaman perjalanan itu hampir secara sangat rinci. Yang jelas ialah bahwa semua kisah perjalanan itu meninggalkan bekas yang kuat dan mendalam dalam benak ingatan orang Israel. Dengan kata lain, peristiwa keluaran dari Mesir, dan untaian peristiwa yang terjadi selama mereka mengembara di gurun Sinai meninggalkan bekas yang sangat penting dan kuat dalam sejarah nasional orang Yahudi. Maka tidak mengherankan bahwa semuanya itu pada gilirannya menjadi simbol kebebasan dan kemerdekaan mereka. Ada dua pesta yang muncul untuk mengenang dan merayakan peristiwa penting di padang gurun itu.
Kedua pesta itu ialah Shavuot yaitu Pesta yang mengenang dan merayakan peristiwa penganugerahan hukum taurat, dan Sukkot yaitu pesta pondok-pondok daun. Kedua pesta ini dirayakan terus menerus setiap tahun. Dan hal itulah yang merupakan salah satu factor yang membentuk identitas keyahudian. Jadi, identitas keyahudian itu dibentuk oleh dua pesta agung selama masa pengembaraan di padang gurun tadi. Tetapi sebagian besar orang-orang dari generasi Musa dan bahkan juga Musa sendiri tidak sampai masuk dan mengalami Tanah Terjanji itu. Kebanyakan dari mereka mati dalam masa pengembaraan di padang gurun. Mereka mati di dalam perjalanan panjang, mulai dari Mesir (saat mereka pergi) hingga ke negeri Kanaan (tujuan akhir perjalanan mereka). Dan Musa tidak diijinkan masuk ke negeri itu. Ia hanya memandangnya dari jauh saja yaitu dari gunung Nebo (di seberang sungai Yordan).
Setelah Musa mati, maka tongkat kepemimpinan pun dialih-pindahkan ke seorang pengikut setia Musa, yaitu Yosua. Tokoh ini menjadi seorang sosok pahlawan militer. Kitab Yosua memberi pelukisan yang sangat kuat dan nyata bahwa Yosua inilah yang melakukan drama penaklukan atas para penduduk yang sudah menduduki dan menguasai negeri Kanaan tersebut. Kitab suci melukiskan kepada kita bahwa orang Israel ini tampil seperti sebuah konfederasi suku-suku yang bekerja sama untuk menaklukkan wilayah itu yang sudah dihuni oleh para penduduk yang hidup secara menetap (sedenter). Hal itu berbeda dengan orang Israel sendiri yang masih hidup di dalam pengembaraan di padang gurun. Sebagian besar para penduduk menetap yang menduduki negeri itu ialah orang-orang Kanaan. Orang-orang ini mempunyai kebiasaan untuk hidup di dalam kota-kota yang berbenteng kokoh.
Salah satu kota terkenal ialah Yeriko. Kitab Suci melukiskan bahwa kota itu mempunyai benteng yang sangat kokoh (Yos 6). Tetapi suku-suku federasi Israel itu, lewat sebuah perjuangan yang panjang, bisa menaklukkan kota itu lewat pelbagai cara antara lain, mata-mata yang bisa menembusi benteng pertahanan kota. Kita diberi pelukisan yang sangat dahsyat dan mengesankan mengenai bagaimana Yeriko yang berbenteng kokoh itu bisa dikalahkan, ditembus. Dikisahkan bahwa mereka mengepung kota itu dan selama masa pengepungan tersebut mereka mengelilingi kota itu sebanyak satu kali, mulai hari pertama sampai hari keenam. Pada hari ketujuh mereka mengelilingnya sebanyak tujuh kali dengan bunyi sangkakala, sorak sorai dan genderang perang. Itu adalah teknik pengepungan kota yang mengurung penghuni banteng sehingga tidak bisa berkontak dengan dunia luar. Pengepungan itulah yang bisa menjelaskan bagaimana dan mengapa kota itu runtuh dan jatuh ke tangan federasi suku-suku Israel. Mereka menghancurkan dan meluluh-lantakkan kota itu sampai rata tanah. Harus diakui bahwa hal ini belum banyak didukung bukti penggalian arkeologis yang memadai dan meyakinkan.