Salah satu keprihatinan perihal lingkungan hidup yang masih kerap terjadi hingga hari ini ialah sampah plastik. Kita tentu sadar betul bahwa hidup kita ini tak terhindarkan dari penggunaan plastik. Misalnya saja, kantong plastik yang menjadi salah satu bahan plastik yang sering dikonsumsi oleh kita saat berbelanja. Oleh karena itu, banyaknya penggunaan plastik dalam rumah tangga hidup kita, ternyata belum sepenuhnya memberikan kesadaran akan konsekuensi bahwa plastik membutuhkan waktu yang lama agar dapat terurai.
Beberapa waktu terakhir ini, saya berbincang dengan pengurus Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Paroki Santo Martinus, Bandung yang sungguh tergerak dengan problem sampah plastik ini. Dalam menanggapi persoalan sampah plastik ini, kesadaran yang luar biasa mulai ditumbuhkan oleh organisasi WKRI ini dengan mengajak para anggotanya untuk mengurangi pemakaian kantong plastik di rumah mereka masing-masing. Artinya, dalam keperluan apapun mereka berupaya untuk mengganti kantong plastik dengan kantong/tas kain.
Tidak hanya itu, para anggota WKRI ini juga mulai memulai Gerakan Ecobrick. Ecobrick menjadi solusi atas sampah plastik karena hal tersebut merupakan upaya pemanfaatan kembali sampah plastik yang dapat digunakan kembali menjadi hiasan, tempat duduk, dsb. Gerakan Ecobrick ini nyatanya sungguh menjadi kegiatan yang kreatif dan produktif karena dengan mengolah sampah plastik, misalnya sachet kopi, mereka dapat memanfaatkan sampah plastik menjadi tas atau dompet. Yang juga tak kalah penting, di dalam pengolahan sampah plastik ini, mereka juga membuat ‘bank’ sampah, dimana setiap orang dapat anggota menyetorkan sampah plastik untuk diolah kembali.
Tentunya, kepedulian WKRI terhadap persoalan sampah plastik ini menyadarkan kita semua sebagai umat beriman untuk memelihara atau merawat lingkungan hidup tempat tinggal kita semakin baik lagi. Persoalan sampah memang harus dimulai dari kesadaran diri sendiri dan keluarga kita masing-masing. Sungguh luar biasa apabila keluarga kita bisa menjadi contoh yang baik dalam mengolah sampah plastik. Tidak hanya bertanggung jawab untuk mengelola sampah rumah tangga kita pribadi. Lebih dari itu, kesadaran mengolah sampah juga menjadi upaya kita untuk mengurangi beban ‘tempat pembuangan akhir’ dan sikap tidak membuang sampah sembarangan menjadi langkah konkret agar lingkungan kita menjadi sehat dan bersih.
Dengan adanya pengolahan sampah yang baik, tentu hal-hal positif dapat kita rasakan. Selain mengurangi volume sampah rumah tangga, secara ekonomis sampah plastik bisa menjadi berkah dengan adanya produk-produk yang dapat digunakan di rumah tangga masing- masing. Yang penting juga ialah semoga kita semua, di mulai dari rumah tangga kita masing-masing, semakin lebih bertanggung jawab terhadap sampah plastik. Baik itu mengurangi penggunaan plastik maupun memanfaatkan kembali sampah plastik (seperti salah satu contoh, dengan gerakan Ecobrik).
Semoga krisis dan segala upaya tentang sampah plastik ini semakin membuat kita sehati untuk menjalankan apa yang menjadi seruan Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si, yakni agar kita merawat bumi, rumah kita bersama. Yang perlu kita sadari ialah tindakan sederhana mengolah sampah merupakan wujud iman kita untuk semakin bertanggung jawab atas tugas ‘menjaga’ dan ‘merawat bumi’ (Kej 2: 15). @Moyudh