Sudah sangat lama sejak manusia mengenal kantong plastik dkk, kesehatan lingkungan hidup anak-anak manusia di mana-mana terganggu akibat pencemaran. Sampah plastik ada di mana-mana kemanapun kita pergi. Di halaman rumah, di saluran-saluran air depan dan belakang rumah, di kali-kali kecil dan sungai-sungai, di bendungan- bendungan dan di pantai-pantai. Sampah plastik di pantai-pantai bahkan datangnya bisa dari seberang lautan dan benua tetangga yang ribuan kilometer jauhnya. Ke mana pun kita pergi cepat atau lambat akan ketemu pemandangan-pemandangan yang tidak sedap karena sampah plastik dengan segala varian bentuk dan warnanya.
Memang di tempat-tempat tertentu anak-anak manusia ada juga yang hidup di lingkunan yang amat bersih dan bebas dari gangguan pemandangan sampah. Masalahnya adalah dikemanakan (?) mereka punya sampah plastik dan segala jenis sampah yang mereka hasilkan dari gaya hidup mereka yang cenderung konsumtif dan tidak peduli. Kalangan tertentu dalam masyarakat kita bahkan berpikir sebatas bahwa mereka telah membayar iuran sampah sebagaimana ditentukan oleh pengurus RT/RWnya masing- masing. Jadi apa yang salah?
Syukur kepada Allah ada juga sebagian kalangan yang telah menjalankan berbagai macam inisiatif untuk mengurangi, mengolah dan mendaur ulang sampah plastik di berbagai wilayah dan daerah. Bahkan dengan gerakan yang lebih awal orang mencoba mendorong warga masyarakat untuk berpikir dua kali sebelum menggunakan produk yang berasal dari plastik, kalau memang bisa ditemukan atau digunakan produk lain yang lebih ramah lingkungan, misalnya lebih memilih menggunakan tas belanja daripada memakai kantong plastik.
Keberanian untuk memulai gerakan berpikir dua kali sebelum menggunakan produk kantong plastik barangkali bisa menjadi langkah yang amat strategis dalam rangka membangun kebiasaan baru menjalankan pola hidup bebas produk plastik. Ini sebenarnya sebuah kemustahilan, tetapi mengapa tidak kita coba mulai mempraktekannya(?). Seandainya sebagian besar dari masyarakat melakukannya pasti pengaruh dan dampaknya akan sangat besar! Bahkan mungkin seandainya 20 % saja dari warga masyarakat memutuskan untuk pantang menggunakan kantong plastik atau memilih menggunakan sabun yang kemasannya lebih ramah lingkungan.
Mungkin Anda termasuk di antara orang-orang yang tidak peduli dengan pertimbangan dampaknya bagi lingkungan ketika Anda membeli produk-produk tertentu, misalnya BBM. Atau barangkali Anda sudah sangat lama selalu berpikir dua kali setiap kali Anda ingat akan betapa lingkungan hidup ini perlu kita jaga bersama. Dalam hal ini kita sama-sama berutang luar biasa banyaknya dengan banyak orang dan kalangan yang telah terlibat dengan gerakan-gerakan ramah lingkungan di manapun mereka melakukannya, karena kita tinggal di bumi yang satu dan sama ini dan jangan lupa hanya ada satu bumi ini di alam semesta kita.
Sebelum mendorong orang lain barangkali lebih juga kalau kita mendorong dulu diri kita sendiri untuk hidup lebih ramah lingkungan di rumah kita. Siapa tahu mulai dari satu jadi dua – tiga – empat – lima – enam – tujuh – depalan–sembilan…seratus- duaratus–limaratus–seribudanselanjutnya … (rmsis)