Inilah inti pesan yang disampaikan Romo Yudghi, dalam homily perayaan Ekaristi Syukur atas pesta nama St. Priscila sebagai Pelindung Lingkungan. Kerinduan untuk berkumpul bersama secara langaung dalam komunitas lingkungan, tidak terasa sudah 2 (dua) tahun vakum, karena adanya pandemi.
Namun syukur Puji Tuhan malam ini, Kamis 25 January 2022, kita bisa mewujudkannya, meskipun harus dengan prokes yang tetap diikuti dan quota kehadiran pun kita batasi. Ternyata antusiasme umat sangat besar, terbukti saat diumumkan aka nada Misa lingkungan dengan quota terbatas, hanya beberapa waktu sudah terpenuhi jumlah peserta yang akan hadir.
Ada beberapa hal yang bisa menjadi permenungan kita, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berpelayanan dan berkomunitas. Ketika Romo Yudhi menanyakan poin atau hal-hal apa yang membanggakan maupun yang memprihatinkan dalam lingkungan, itulah dinamika kehidupan dalam pelayanan. Bahwa itu akan selalu ada. Bila kita menyalahkan situasi, mengkomentari ataupun tidak saling memaaan dalam berkomunitas, maka kita tidak akan mengalami kedamaian dalam hidup ini.
Dalam Injil hari ini, dimana Yesus ketika naik perahu di danau Galilea kemudian menyingkir. Yesus tidak lari dari masalah, tidak menghabiskan energi menghadapi orang Farizi yang keras kepala. Akan tetapi Yesus berdoa dan mengumpulkan energi. Banyak orang datang untuk minta disembuhkan dan diberikan muzizat, bahkan hanya dengan menjamah jubahnya.
Dalam hal ini Yesus melayani dengan tulus hati, tidak pilih-pilih siapa yang datang dan tidak membeda-bedakan dari mana mereka berasal. Demikian juga ketika kita berpelayanan, kita harus berani menarik diri, berani untuk tidak populer dan tetap melayani dengan tulus hati, agar menjadi orang yang saling memberkati.