Dinasti Yehu berkuasa di Israel tahun 842-746. Masa itu diawali pemberontakan Yehu, 842- 815, yang menimbulkan pertumpahan darah. Ia berhasil menyingkirkan Raja Yoram dari Israel, yang saat itu sedang memulihkan diri dari luka-luka kekalahan akibat pertempuran melawan raja Hazael (Asyur) di Ramot-gileat. Selain itu ia juga membunuh raja Ahazia dari Yehuda yang mengunjungi raja Israel (2Raj 9:16-29). Lalu dia melakukan eksekusi dahsyat atas Izebel. Yehu meminta kepala 70an “anak-anak” Ahab di Samaria (2Raj 10). Ia juga membantai 42 perwakilan istana Yerusalem yang diperintah oleh sanak saudara Ahazia. Terakhir ialah pembantaian atas para nabi Baal dan simpatisannya di Samaria. Di sana Yehu menghancurkan kuil Baal. Kemenangan Yahweh atas Baal diduga akan mengamankan raja bengis ini. Sikap brutal dikutuk nabi Hosea (1:4-5).
Tetapi sesungguhnya Yehu kurang berhasil dalam urusan politik luar negeri. Nama dia diabadikan dalam Obelisk Hitam yang terkenal dari Shalmaneser III. Di sana ia disebut “anak Omri”. Ia digambarkan sedang berlutut dan membayar upeti perak dan emas kepada raja Asyur. Hal itu terjadi sekitar tahun 841 di awal pemerintahannya. Tetapi kemalangan yang lebih besar datang dari Hazael (Damsyik), yang tidak bisa dikalahkan Shalmaneser III. Apa yang dilakukan Hazael? Ia merebut wilayah seberang sungai Yordan dari tangan Israel. Hal itu terjadi pada masa pemerintahan Yehu (2Raj 10:32). Ia juga menyusahkan baik Israel maupun Yehuda selama setengah abad (dan menarik upeti dari Yoas dari Yerusalem, 2Raj 12:18).
Di tengah situasi pedih ini muncul sosol “penyelamat” bagi Israel (2Raj 13:5). Kiranya sosok itu ialah Raja Asyur, bernama Adadnirari (memerintah tahun 810-813). Orang ini melakukan beberapa penyerangan melawan orang Aram, dan akhirnya bisa menaklukkan Damsyik tahun 802. Kita tahu bahwa anak Yehu, Yoahas dari Israel (815-801), menanggung pukulan terberat dari untaian peperangan melawan orang Aram (2Raj 13:7). Tetapi penggantinya yaitu Yoas (801-786) mampu menuntut ganti rugi yang harus ditanggung oleh pengganti Hazael, Benhadad.
Tahun 786 Yerobeam II mulai memerintah di Israel. Ia berkuasa sampai tahun 746 (2Raj 14:23-29). Dengan naiknya Yerobeam II ke tahta Israel, maka dimulailah sebuah jaman baru. Jaman baru itu terletak dalam fakta historis bahwa sang raja mampu dan berhasil di dalam upayanya memulihkan wilayah Israel sebagaimana dilukiskan di dalam 2Raj 14:25 itu: “Ia mengembalikan daerah Israel, dari jalan masuk ke Hamat sampai ke Laut Araba sesuai dengan Firman TUHAN, Allah Israel.” Selain itu tokoh ini juga membangun benteng di Samaria. Hal itu terbukti dari penggalian arkeologis. Ia memerintah sangat lama, yaitu empatpuluh tahun (786-746). Masa pemerintahan itu ditandai dengan kemakmuran memadai. Kemakmuran ekonomis dan keamanan politis itulah yang menjadi panggung pementasan dari semua kondisi-kondisi sosio-politik dan keagamaan yang menyimpang.
Hal-hal itu memancing kemarahan dan kritik pedas (cenderung ke arah kutuk) dari nabi- nabi terutama Amos dan Hosea. Mari kita lihat sekilas kedua nabi ini. Keduanya bukan berasal dari rombongan nabi yang sering mengalami kesurupan saat menerima ilham ataupun titah langit, yaitu rombongan nabi yang dikaitkan dengan nabi Elia dan Elisa (Amos 7:14). Melainkan, kedua nabi ini memandang panggilan kenabian mereka sebagai tugas perutusan yang langsung dari Tuhan. Mereka adalah nabi yang merasa digerakkan Tuhan untuk menyuarakan suara langit. Dalam hal ini mereka bersungguh-sungguh dan tidak takut saat menghadap raja atau representasi kekuasaan. Suara mereka mengggelegar bagai singa “mengaum”. Di hadapan suara menggelegar itu tidak ada raja, imam dan umat yang luput. Semuanya kena kecaman tatkala nabi-nabi ini mengutuk kejahatan social, yaitu kemewahan hasil ketidak-adilan, dan kebejatan moral, ibadat kurban yang tidak memperhatikan keadilan dan penyembahan berhala.
Para nabi ini adalah para pembaharu. Tanpa takut mereka mendatangkan pengadilan atas masyarakat sejaman. Hal itu mereka lakukan dengan memakai kriteria berdasarkan tradisi-tradisi lama Israel sejak turun temurun. Nabi Amos dari Yehuda misalnya, mewartakan bahwa Hari Tuhan, yang biasanya dinantikan dan diyakini sebagai hari kemenangan, hari di mana Tuhan bertindak dengan tangan kanan maha perkasa, ternyata justru akan menjadi hari kegelapan, hari terkutuk, hari bencana, hari murka, Dies Irae. Sementara itu, nabi Hosea dengan gayanya sendiri menyampaikan pesan yang sama. Dalam dan melalui pengalaman tragis hidup perkawinannya sendiri yang beberapa kali gagal, Hosea bisa memahami situasi yang sedang terjadi. Atas dasar itu ia mengungkapkan pengalaman yang sama akan Yahweh dalam relasi-Nya dengan umat Israel, yang tidak setia, tidak beriman (seperti isteri Hosea yang tidak setia; Hos 14:4,8).
Jadi, kedua nabi ini menubuatkan bahwa kemakmuran Israel tidak akan berlangsung lama. Hal itu akan segera berakhir. Penyebab bencana politik itu bisa ditunjuk pada pelbagai alasan internal yang ditunjukkan kedua nabi tadi, maupun pelbagai alasan eksternal yaitu berupa ancaman politik internasional saat itu: Raja Asyur, Tiglat-pilezer III, sedang memulai aksinya yaitu penyerangan ke wilayah sebelah barat kerajaannya dan itu berarti juga Kerajaan Israel dan Yahuda (Hos 14:2-3). (Bersambung).