Setelah pada edisi sebelumnya kita berkenalan dengan tangga nada (modus) dan contoh lagu Gregorian, kali ini saya akan menuliskan sedikit tentang irama dalam lagu Gregorian. Irama ini penting dalam pembawaan lagu karena dapat membuat kita menjiwai sebuah lagu. Irama, menurut KBBI, artinya adalah turun naik lagu (bunyi dan sebagainya) yang beraturan.
Motif dan keindahan dalam lagu Gregorian dipengaruhi oleh tekanan aksen. Hal ini dipengaruhi oleh pengucapan dan aksen bahasa. Pengucapan lagu Gregorian dalam bahasa Latin memiliki keindahan yang dihasilkan dari panjang pendeknya aksen bahasa dan pengucapannya. Dalam hal ini, istilah tesis digunakan untuk mencirikan suku kata yang panjang dan arsis untuk suku kata yang pendek. Pada perkembangan berikutnya, istilah arsis dan tesis digunakan dalam penerapan dinamika lagu Gregorian. Dinamika akan membedakan keras lembutnya suku kata yang diucapkan.
Dalam lagu Gregorian, suatu motif ritmis selalu diawali dengan arsis dan diakhiri dengan tesis. Arsis memiliki sifat bersemangat dan semakin keras, sedangkan tesis bersifat lemah/lembut, melebar dan semakin halus/lirih. Tetapi, nada Gregorian dapat secara relatif disesuaikan, baik dipercepat maupun diperlambat, yang disesuaikan dengan arsis – tesisnya. Dalam suatu notasi Gregorian, suatu tesis tidak pernah secara langsung diikuti oleh tesis berikutnya namun harus ada arsis lagi. Suku kata yang bersifat arsis dilengkapi dengan nada-nada tinggi atau disebut dengan arsis melodis. Sebaliknya, suku kata yang bersifat tesis dicirikan dengan nada-nada yang aksen melodinya cenderung turun atau disebut dengan tesis melodis.
Satu hal yang perlu diingat a dalah nyanyian Gregorian bersifat di namis, tidak seperti lagu-lagu sekarang y ang sudah terikat dengan birama (2/4, 3/ 4, 4/4, dsb). Dalam irama yang bebas ini, t ersebut ada suatu pola tertentu, yaitu: p ola irama biner yang mencakup iambos ( pendek – panjang/arsis – tesis) dan pola ir ama terner namanya anapaestus ( panjang – pendek – pendek / tesis – arsis – a rsis). Semua pola irama dalam musik G regorian terikat pada keseluruhan ritme
musik maupun keseluruhan ritme kalimat/bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa kebebasan irama musik Gregorian tidak terikat pada suatu jenis birama tertentu, namun disesuaikan dengan bentuk sastra yang mengomposisikannya. Pola irama yang terbentuk dalam lagu Gregorian juga mampu menentukan pembawaan lagu Gregorian. Sifat sakral dalam penyampaian lagu Gregorian dipengaruhi oleh gaya legato. Maka dari itu, dalam lagu Gregorian, dinamika memiliki peranan besar. Dinamika yang terbentuk akan terus menerus berubah dengan menggunakan crescendo (mengeras) dan decrescendo (melembut), accelerando (bertambah cepat) dan ritardando (bertambah lambat).
Pada gambar di bawah ini, saya menyertakan contoh penggunaan arsis dan tesis untuk suatu melodi. Bahasa mudahnya di zaman sekarang, arsis dapat dianggap sebagai “attack” atau permulaan saat kita akan bernyanyi. Tesis dapat dianggap sebagai “release”, ketika kita selesai menyanyi atau berada pada akhir frasa.