Apakah bedanya manusia dengan semua makhluk ciptaan lainnya, khususnya binatang entah darat atau laut dan udara? Dari jaman dahulu ribuan tahun yang lalu orang menemukan perbedaan yang paling nyata adalah kemampuannya berpikir dan memiliki kesadaran. Pikiran kita tahu tentu saja tidak berasal dari hati atau perasaan melainkan dari otak dan memang otak manusialah yang memang berbeda kemampuannya dibandingkan dengan otak semua ciptaan yang lain – kalau memang mereka punya atau ada otaknya!
Sedangkan kemampuan otak menjadi barometer potensi manusia untuk mengembangkan kehidupannya, faktor pendorong utama kegiatan manusia bukanlah apa yang timbul dalam otak/pikirannya. Anak-anak manusia seringkali dan sebagian besarnya malah faktor pendorong kehidupan utamanya adalah emosi dan keinginan yang timbul dari hatinya. Kebutuhan emosional dalam praktek kehidupan sehari-hari sangat menentukan dan menjadi motivasi utama seseorang melakukan kegiatan atau tugas pekerjaan tertentu.
Kita seringkali diingatkan orang akan pentingnya membedakan antara keingingan dan kebutuhan dalam praktek keseharian hidup. Kenapa harus dibedakan? Memangnya keinginan timbul dari mana dan kebutuhan datang dari tempat lain? Bukankah semuanya atau dua- duanya ada dalam diri satu orang? Tentu anda sangat tahu masing ingat bahwa keinginan lebih berkaitan dengan rasa-emosi dari pada pikiran, sedangkan kebutuhan timbul dari apa yang anda pikirkan atau cita- citakan – yang kemudian diterjemahkan dalam rencana kerja.
Kemampuan seseorang untuk membuat rencana kerja ini akan menjadi ukuran kedewasaan bersama dalam masyarakat dan dunia kita. Orang yang lemah kemampuannya untuk berencana sering kali terjadi karena yang bersangkutan sering terjebak dalam keinginannya – bahkan keinginannya yang sesaat dan dangkal alias tidak mendalam atau instan saja! Orang demikian adalah mereka-mereka yang mudah dipengaruhi propaganda perdagangan dan reklame – bahkan yang muncul dalam mimpi-mimpinya adalah apa yang dilihatnya dari dunia periklanan. Seandainya …, seandainya …, terbuai angin surga keinginan!
Akibatnya adalah anak-anak manusia tidak berdaya melawan keinginannya sendiri, apalagi ketika keinginan itu berubah menjelma menjadi ambisi. Anda tahu maksudnya ambisius tentu saja! Dalam kondisi ambisius seseorang akan kehilangan kemampuannya untuk berpikir kritis dan tidak bisa menerima kritik dari manapun, ia bahkan bisa sampai pada kondisi di mana merasa yang paling bener sendiri dan semua yang lain harus mengikuti atau menyesuaikan diri dengan keinginannya. Mulai dari keinginan berkembang menjadi ambisi dan bermetamorfose jadi fantasi …, alangkah indahnya!
Anda pernah ke dunia fantasi? Ada baiknya kalau pernah sampai kesana dan belajar dari dunia fantasi kita sendiri. Dunia fantasi kita bisa sangat beragam isinya – yakni sebanyak kemampuan anda melihat barang dan benda-benda entah benda hidup maupun benda mati – bahkan dunia baru “metaverse”! Dalam fantasi anda yang paling liar bahkan anda tetap bisa memberi kesempatan kepada pikiran/otak- rasio anda untuk bertanya: “untuk apa semuanya ini?” Fantastik memang kemajuan dunia kita ini sejak revolusi industri abad ke-19, lalu sekarang anak cucu kita kuatir “jangan-jangan dunia satu-satunya ini sebentar lagi tidak layak huni lagi. Mau ke mana kami?”